
IntelMedia/Bogor – Mentari belum tinggi saat iring-iringan kendaraan berhenti di tanah yang sarat akan sejarah yakni Jasinga sebagai sebuah kecamatan yang memeluk erat jejak-jejak masa lalu Kabupaten Bogor. Hari itu bukan hari biasa, langit cerah seakan mengamini bahwa momen ini akan tercatat dalam lembaran penting perjalanan masyarakat Jasinga.
Sosok yang turun dari mobil dinasnya disambut hangat oleh warga. Dialah Rudy Susmanto, Bupati Bogor yang datang bukan sekadar kunjungan kerja melainkan ziarah hati ke tanah para leluhur.
Bersamanya hadir Wakil Bupati Bogor, Jaro Ade yang dikenal dekat dengan masyarakat, Sekretaris Daerah Ajat Rochmat Jatnika, Ketua DPRD Kabupaten Bogor Sastra Winara, Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Bogor Aan Triana Al Muhrom serta jajaran dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Mereka semua datang dalam satu semangat, memuliakan sejarah membangun kembali identitas. Kegiatan dimulai dengan ziarah ke makam para Aulia Allah di situs pemakaman kuno, Kampung Garisul, Desa Kalong Sawah. Sebuah ritual spiritual yang mengalirkan kesadaran bahwa pembangunan tak sekadar soal fisik, tapi juga batin yang terhubung dengan akar budaya.
Langkah berikutnya membawa rombongan ke SDN Kalong Sawah 01. Sekolah yang baru saja dilanda kebakaran sehari sebelumnya. Di sana, tatapan Rudy dan para pemimpin daerah menyiratkan duka sekaligus semangat untuk membangkitkan kembali semangat belajar anak-anak Jasinga.
Namun sorotan utama hari itu jatuh pada sebuah bangunan yang sedang dirangkai kembali dari puing-puing sejarah yakni, Pendopo eks Kewedanaan Jasinga. Di sinilah denyut sejarah kembali dipompa melalui pembangunan yang bukan hanya fisik tetapi juga simbolik.
Tempat ini dahulu menjadi pusat pemerintahan pada masa Raden Ipik Gandamana, Bupati pertama Bogor, dan kini akan dihidupkan kembali sebagai ruang budaya Sunda yang otentik.
Dalam sambutannya yang hangat dan terbuka, Rudy Susmanto mengungkapkan betapa pembangunan pendopo ini bukan berasal dari dana APBD, melainkan sumbangsih dari salah satu tokoh besar Kabupaten Bogor yang mencintai budaya.
“Kenapa tidak ada plang pembangunan? Karena ini bukan proyek pemerintah. Ini adalah bentuk cinta, sumbangsih seorang tokoh yang ingin agar budaya Sunda dan semangat Kewedanaan Jasinga hidup kembali,” ungkap Rudy dengan suara lantang disambut tepuk tangan warga yang hadir.
Ia menambahkan, pembangunan kawasan budaya ini kelak akan dilengkapi sarana penunjang seperti gamelan dan karawitan, “Agar budaya tak sekadar dilestarikan, tapi dirayakan,” tuturnya.
Setelah meninjau progres pembangunan, rombongan kembali melanjutkan perjalanan spiritual dengan berziarah ke makam Entol Muhammad Kahfi bin Entol Muhammad Gaos, Bupati Bogor ke-III, yang dimakamkan di Desa Jasinga.
Hari itu, bukan hanya bangunan yang disambangi, tetapi juga nilai-nilai tradisi yang dirangkul. Budaya yang dibangkitkan dan sejarah yang kembali dihidupkan dari dalam hati para pemimpin dan rakyatnya. (Dipidi)
Kunjungan Bupati Bogor ke Jasinga membawa pesan mendalam tentang pentingnya menghormati sejarah dan budaya. Kegiatan ziarah ke makam para Aulia Allah dan kunjungan ke SDN Kalong Sawah 01 menunjukkan kepedulian terhadap aspek spiritual dan pendidikan. Pembangunan kembali Pendopo eks Kewedanaan Jasinga menjadi simbol upaya memulihkan identitas budaya Sunda. Kehadiran para pemimpin daerah bersama masyarakat memperkuat semangat kolaborasi dalam pembangunan. Bagaimana rencana konkret untuk memastikan keberlanjutan proyek-proyek budaya dan pendidikan ini?
Kunjungan Bupati Bogor Rudy Susmanto ke Jasinga menandai momen bersejarah yang tidak hanya bersifat formal, tetapi juga bernuansa spiritual. Kegiatan ziarah ke makam para Aulia Allah mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan fisik dan rohani. Pembangunan kembali Pendopo eks Kewedanaan Jasinga menjadi simbol kebangkitan budaya Sunda yang otentik. Apakah langkah ini akan membawa dampak positif bagi pelestarian sejarah dan identitas masyarakat Jasinga?