
IntelMedia – Bencana banjir bandang melanda kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, setelah hujan deras mengguyur sejak Minggu (2/3) sore hingga malam. Luapan Sungai Ciliwung yang tak terbendung menyebabkan dua jembatan putus, sementara 119 rumah warga terendam akibat derasnya arus air yang mengalir ke permukiman.
Banjir ini juga mengakibatkan seorang warga bernama Asep Mulyana (55) hilang setelah rumahnya di bantaran Sungai Ciliwung terseret arus yang meluap. Tim SAR Gabungan bersama warga telah berhasil menemukan tubuh Asep Mulyana dalam kondisi meninggal dunia pada sekitar pukul 10.00 WIB dalam kondisi tengkurap dan terjepit bebatuan di Bendungan Ciawi, pada Senin (3/3) pagi sekitar pukul 10.00 WIB.
Bencana banjir bandang yang terjadi diduga akibat pengrusakan di kawasan kebun teh Puncak Bogor, atas terbangunnya kawasan wisata yang makin hari semakin tidak terkendali.
Hal ini pun mendapat sorotan tajam dari Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor, fraksi PDI Perjuangan, H. Slamet Mulyadi.
Menurutnya, pengrusakan di kawasan kebun teh serta alih fungsi lahan tidak terlepas dari lemahnya pengawasan Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Bogor.
“Bencana alam yang secara tiba-tiba ini, disebabkan akibat adanya dugaan pengrusakan di kawasan kebun teh Puncak Bogor, atas terbangunnya kawasan wisata yang makin hari semakin tidak terkendali,” ucap Anggota DPRD Kabupaten Bogor, Fraksi PDI Perjuangan, H. Slamet Mulyadi, Senin (3/3).
Misalnya, masih kata Slamet, bangunan wisata milik Jaswita, karena sebelum-sebelumnya tidak pernah terjadi Banjir Bandang seperti sekarang ini. “Dan, itu di akibatkan karena faktor alam atau kawasan kebun teh yang sudah tak mampu lagi menyerap air hujan deras yang datang secara tiba-tiba seperti pada malam kemarin.
“Dulu kawasan kebun teh masih dapat menyerap air hujan. Tapi sekarang, air hujan tidak lagi terserap dan langsung turun ke bawah ke perkampungan yang mengakibatkan Banjir Bandang menerjang rumah warga seperti di kampung Pensiunan Pondok 10 tersebut,” tegasnya.
Politisi PDI Perjuangan ini menyarankan, semua perkebunan teh di Puncak agar dapat dikembalikan lagi seperti dulu pemanfaatannya, dan bangunan-bangunan yang ada saat ini semua perlu di evaluasi tidak terkecuali bangunan Wisata milik Jaswita.
“Kembalikan ekosistem yang sebelumnya ada di kawasan Perkebunan Teh sperti dulu pemanfaatannya, sebaiknya juga di cabut lagi izin-izin bangunan yang berada dikawasan serapan air. Agar puncak kembali seperti dulu sebagai perkebunan dan serapan air hujan di kawasan Puncak Bogor,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Bencana banjir bandang melanda kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, setelah hujan deras mengguyur sejak Minggu (2/3/2025) sore hingga malam. Luapan Sungai Ciliwung yang tak terbendung.
Dengan status Siaga 1 yang sempat tercatat di Bendung Katulampa, kejadian ini menandai ancaman serius bagi warga Bogor dan Jakarta yang berada di sepanjang aliran Sungai Ciliwung.
Laporan : Dipidi