
IntelMedia – Anggota Komisi IV – DPRD Kabupaten Bogor, H Ading Ahmad Nadzir mengapresiasi keinginan Bupati untuk melestarikan pencak silat Cimande sebagai warisan budaya lokal yang diakui secara nasional maupun internasional, dan menjadikan Silat Cimande sebagai ekstrakurikuler di sekolah
“Saya mendukung dan mengapresiasi keinginan dan gagasan Bupati Rudy Susmanto untuk memasukkan pencak silat Cimande sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, karena Pencak Silat Cimande sebagai bentuk tradisi yang harus kita jaga dan kita lestarikan sebagai khasanah kearifan lokal yang harus ditumbuh kembangkan,” ungkap anggota Dewan dari Fraksi PKS ini dihubungi melalui Ponselnya, Rabu (10/9).
H Ading mengakui adanya potensi dan tantangan dalam implementasi, terutama terkait klaim keaslian dan kemurnian antar padepokan Cimande. Namun menurutnya, hal ini jangan dijadikan hambatan untuk kemajuan persilatan Cimande sebagai kearifan lokal.
“Seluruh padepokan Cimande harus duduk bersama terkait standarisasi materi dan kurikulum yang terukur sebelum diimplementasikan sebagai ekstrakurikuler di sekolah. Saya harap, dinas terkait dapat menindaklanjuti keinginan Bupati ini menjadi agenda yang dapat dilaksanakan,” ungkap warga Cigombong tersebut.
Diketahui, Bupati Bogor, Rudy Susmanto dalam sambutan di acara Festival dan Kejuaraan Pencak Silat Cimande tingkat Kabupaten Bogor pada Sabtu (6/9) mengatakan Festival Pencak Silat tingkat Kabupaten Bogor dan kejuaraan silat yang memperebutkan Piala Bupati merupakan salah satu upaya dari Pemkab Bogor untuk lebih menjaga dan merawat serta mengenalkan Silat Cimande kepada masyarakat umum.
Rudy berharap, ke depannya silat Cimande juga bisa menjadi salah satu ektra kurikuler yang bisa diajarkan di sekolah-sekolah. Sehingga Silat Cimande membumi dan mengakar di seluruh wilayah Bogor.
“Kami menginginkan silat Cimande yang merupakan budaya dan beladiri asli milik Kabupaten Bogor, bisa dipelajari oleh semua generasi kita ke depan. Nanti gurunya dari Cimande, bisa mengajarkan atau melatih para siswa di sekolah. Selain untuk beladiri, tentu silat Cimande juga bisa disebut kegiatan olah raga dan olah rasa untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh,” jelas Rudy.
Menurutnya, untuk menggugah antusias masyarakat, tentu pemerintah dan pihak terkait harus memberikan informasi secara utuh tentang silat Cimande, mulai dari sejarahnya hingga prestasi-prestasinya.
“Untuk sejarah dan cerita kemasyhuran Cimande, kami bersama panitia juga sekaligus menggelar acara sarasehan pencak silat aliran Cimande,” terangnya.
Diketahui, gagasan silat Cimande masuk sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah pernah muncul, terutama di Jawa Barat, karena Cimande merupakan salah satu aliran pencak silat tradisional tertua dan paling berpengaruh di Indonesia.
Dinas Pendidikan Jawa Barat pernah menggulirkan ide agar pencak silat, termasuk Cimande, dijadikan muatan lokal atau kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Tujuannya melestarikan warisan budaya sekaligus menanamkan disiplin, sportivitas, dan karakter.
IPSBI (Ikatan Pencak Silat Cimande Indonesia) dan beberapa perguruan Cimande juga mendorong agar Cimande diajarkan di sekolah-sekolah, baik lewat ekstrakurikuler maupun kegiatan seni-budaya.
Dalam beberapa Sekolah Dasar dan SMP di Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Bandung, Silat Cimande sudah ada yang pernah menjadikan ekstrakurikuler. Biasanya bekerja sama dengan padepokan atau guru Cimande di desa sekitar.
Dorongan ini juga menguat setelah pencak silat ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO tahun 2019, sehingga Cimande sebagai salah satu aliran besar ikut diprioritaskan pelestariannya. (DidiS)