
INTELMEDIA – Krisis kapasitas Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah sudah terjadi di Kota Bogor. Produksi sampah per harinya mencapai 500 _700 ton per hari. Beberapa faktor krusial yang menjadi pemicu utama terjadinya krisis ini yakni keterbatasan lahan seiring peningkatan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan perluasan lahan TPA.
Selain itu, rendahnya kesadaran masyarakat dalam memilah dan mengelola sampah dari sumbernya. Juga, kurangnya inovasi teknologi dalam pengolahan sampah di TPA. Sekretaris Komisi III DPRD Kota Bogor, Iwan Iswanto sampaikan gagasannya agar ke depan Kota Bogor dengan harapan bisa mengurangi penumpukan sampah atau zero sampah. Karena, jika terabaikan ke depannya akan jadi bola salju terkait sampah.
“Kami dari Komisi III DPRD Kota Bogor memberikan solusi untuk membantu dinas yakni diberadakannya TFL (Tim Fasilitator Lapangan). Agar RT dan RW bisa zero sampah. Saya evaluasi ini tidak bisa dilakukan karena keterbasan SDM (sumber daya manusia),” kata Iwan Iswanto saat rapat bersama jajaran Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor, baru-baru ini.
Legislator asal Fraksi PDI Perjuangan Kota Bogor ini melanjutkan, hadirnya TFL tentu dari latarbelakang disiplin ilmu terkait yang bertugas melakukan edukasi kepada masyarakat.
“Untuk setiap kecamatan di 2026 nanti, disiapkan 2 orang, jadi ada 12 orang keseluruhnya di Kota Bogor yang terdiri dari 6 kecamatan. Tentunya bisa mengcover dan melakukan edukasi wilayah secara demokgrafi area padat penduduk hingga lingkungan kumuh hingga tingkat RT dan RW. Sehingga melalui edukasi, budaya sampah ke kali tidak lagi dan ini adalah kerja terintegrasi dan terkorelasi dengan dinas terkait,” tuturnya.
Terkait pemilihan sampah, sambungnya, untuk organic bisa bekerjasama dengan dinas ketahanan pangan.
“Sampah organik bisa buat pakan bebek juga ayam. Jadi, sampah ini bukan barang tidak punya nilai tapi ada nilai ekonomis yang bisa dihasilkan. Nantinya, bisa dibuat kawasan bebas sampah dengan pemilihan sampah organik dan non organik. Harapannya, ke depan sampah tidak lagi masuk ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Saya berharap 2026 nanti dianggarkan tim fasilitator lapangan,” tandas Iwan optimis program tersebut akan berjalan.
Ia juga memberikan contoh terkait perlunya SDM TFL.
“Misalnya,Dinas Perumkim kaitan RTLH hadir TFL membatu Kasi Kemas untuk merencakan sehingga ber basis kualitas bukan kuantitas sehingga propram tetap sasaran dan bisa menyedikan lapang kerja buat warga Kota Bogor,” tuntasnya. (Eko Okta)